Senin, 20 April 2009

Setiap waktu untuk Petani

Pagi ini aku bertemu lagi dengan seorang petani di pinggir Jl. Golf, Ujungberung Bandung. Sebenarya setiap pagi aku melewati jalan ini untuk mengantar istri yang kebetulan kerja di daerah sana. Selama ini aku kurang mengawasi kalau ada dua orang yang sering mencangkul di lahan kosong yang sebenarnya adalah lahan perumahan yang belum dibangun.

Entah mengapa pagi itu setelah selesai mengantar istri ke kantornya, aku menyempatkan diri ngobrol dengan salah satu dari mereka yang kebetulan sedang menanam biji kangkung darat.

Kami berkenalan. Nama petani ini adalah Unyil. Aku tidak tahu apakah ini nama sebenarnya atau hanya julukan, karena aku amati sosok beliau yang 'berukuran' kecil. Barangkali karena ukuran tubuhnya yang 'mungil', maka namanya dipanggil Unyil.

Tapi jauh dari itu aku sangat kagum dengan beliau. Di jaman serba instan dan gampangan, dimana banyak sekali pemuda yang enggan terjun ke sawah atau ladang untuk menjadi petani, tapi aku melihat kegigihan dan semangat beliau untuk menggarap tanah sepetak, yang menurutku tidak sepadan dengan hasil yang didapatkannya ketika panen tiba.

Di dalam tas aku membawa sampel pupuk organik serbuk hasil racikanku. AKu beri beliau 3 bungkus untuk dicobakan di kebunnya. Beliau tampaknya senang untuk mencoba pupuk pemberianku. Kulihat di kebun garapannya, di samping kangkung darat yang ditanam, juga ada kacang tanah. Aku menyarankan untuk menggunakan pupuk yang aku beri secara rutin. Nanti kalau sampel pertama sudah habis, Kujanjikan untuk memberikan beliau kembali sampai tanamannya panen.

Ok, Pak Unyil semoga berhasil ya. Aku salut untuk beliau....