Kamis, 14 Agustus 2008

Pertanian Organik, Kembali ke Konsep Alami

Oleh : Kabelan Kunia

Artikel ini telah dimuat di Kolom Cakrawala, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 14 Agustus 2008

Menurut Menteri Pertanian, Anton Apriantono, pembangunan pertanian dihadapkan pada sejumlah kendala dan masalah yang harus segera dipecahkan, yaitu antara lain:1) keterbatasan dan penurunan kapasitas sumberdaya pertanian, 2) lemahnya sistem alih teknologi dan kurang tepatnya sasaran, 3) terbatasnya akses terhadap layanan usaha terutama permodalan, 4) panjangnya rantai tataniaga dan belum adilnya sistem pemasaran, 5) rendahnya kualitas, mentalitas, dan keterampilan sumberdaya petani, 6) lemahnya kelembagaan dan posisi tawar petani, 7) lemahnya koordinasi antar lembaga terkait dan birokrasi, dan 8) belum berpihaknya kebijakan ekonomi makro kepada petani.

Namun, terlepas dari kendala dan masalah di atas, sektor pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam upaya menjaga ketahanan pangan, tetapi juga dalam penyediaan kesempatan kerja, sumber pendapatan, penyumbang devisa dan pertumbuhan ekonomi nasional. Devisa dari sektor pertanian dan usaha lain berbasis pertanian diharapkan meningkat dari sekitar 7,8 milyar US$ saat ini menjadi 12 milyar US$ tahun 2009.

Pertanian organik, Itulah solusi tepat yang harus kita kerjakan untuk memecahkan masalah ini. Paradigma pertanian kita harus kita ubah secara radikal. Kita harus kembali pada konsep pertanian alami. Khususnya mengenai penggunaan pupuk dan pembasmi hama dan penyakit. Penggunaan pestisida, herbisida dan fungisida harus diminialisasi sampai ke tingkat mendekati nol. Penggunaan pupuk kita kembalikan lagi pada penggunaan pupuk kandang atau kompos dan pupuk hijau.

Pertanian organik merupakan sistem manajemen produksi yang holistik yang mendukung dan meningkatkan kesehatan ekosistem, termasuk siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sedangkan IFOAM menjelaskan bahwa pertanian organik merupakan suatu pendekatan sistem yang utuh berdasarkan satu perangkat proses yang menghasilkan ekosistem yang berkelanjutan (sustainable), pangan yang aman, gizi yang baik, kesejahteraan hewan dan keadilan sosial.

Dengan demikian, pertanian organik lebih dari sekedar sistem produksi yang memasukkan atau mengeluarkan input tertentu, namun juga merupakan satu filosofi dengan tujuan mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas dari komunitas yang saling berketergantungan dari kehidupan tanah, tanaman, hewan dan orang.

Prinsip Pertanian Organik
Sistem pertanian organik ini berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan produksi dengan memperhatikan kemampuan alami dari tanah, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi hasil pertanian maupun lingkungan.

Menurut IFOAM (International Federation of Organik Agriculture Movements), tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan sistem pertanian organik adalah: Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah cukup, melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang mendukung semua bentuk kehidupan yang ada, mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman serta hewan, memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan, menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbarui yang berasal dari sistem usaha tani itu sendiri, memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didaur ulang baik di dalam maupun di luar usaha tani, menciptakan keadaan yang memungkinkan ternak hidup sesuai dengan perilakunya yang hakiki, membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan pertanian, mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk pelestarian habitat tanaman dan hewan, memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian (terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat, dan mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari kegiatan usaha tani terhadap kondisi fisik dan sosial.
Pada prinsipnya pertanian organik bersahabat dan selaras dengan lingkungan.

Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Meskipun pertanian organik tidak hanya sesempit itu pengertiannya. Pertanian organik bukan sekedar teknik atau metode bertani, melaikan juga cara pandang, sistem nilai, sikap dan keyakinan hidup.

Prinsip utama dalam sistem pertanian organik adalah lahan untuk budi daya organik harus bebas cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida. Lahan dapat berupa lahan pertanian yang baru dibuka atau lahan pertanian intensif yang telah dikonversi menjadi lahan pertanian organik. Lama masa konversi bergantung pada sejarah penggunaan lahan, pupuk, pestisida, dan jenis tanaman.

Hal lain adalah menghindari benih/bibit hasil rekayasa genetik atau genetically modified organism (GMO). Sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian organik. Menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis dan zat pengatur tumbuh. Peningkatan kesuburan tanah dilakukan melalui penambahan pupuk organik, sisa tanaman, pupuk alam, dan rotasi dengan tanaman legum.

Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian hama, penyakit, dan gulma dilakukan dengan cara manual, biopestisida, agen hayati, dan rotasi tanaman. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis pada pakan ternak dan secara tidak langsung pada pupuk kandang. Penanganan pascapanen dan pengawetan bahan pangan menggunakan cara-cara yang alami.

Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu kendala yang cukup berat bagi petani, selain mengubah budaya yang sudah berkembang 35 tahun terakhir ini pertanian organik membuat produksi menurun jika perlakuannya kurang tepat.

Budaya instan yang terbentuk ketika dengan mudahnya petani mendapatkan dan menerapkan bahan kimia sintetik di lapangan sangat sulit dirubah. Kesulitan ini didapatkan ketika petani dianjurkan harus membuat kompos terlebih dahulu atau membuat ramuan racun hama yang dibuat dari tanaman obat.

Pupuk Organik
Peningkatan mutu intensifikasi selama tiga dasawarsa terakhir, telah melahirkan petani yang mempunyai ketergantungan pada pupuk yang menyebabkan terjadinya kejenuhan produksi pada daerah-daerah intensifikasi padi misalnya. Keadaan ini selain menimbulkan pemborosan juga menimbulkan berbagai dampak negatif khususnya pencemaran lingkungan. Oleh karena itu perlu upaya perbaikan agar penggunaan pupuk dapat dilakukan seefisien mungkin dan ramah lingkungan.

Selain itu, pemberian nitrogen berlebih disamping menurunkan efisiensi pupuk lainnya, juga dapat memberikan dampak negatif, diantaranya meningkatkan gangguan hama dan penyakit akibat nutrisi yang tidak seimbang. Oleh karena itu, perlu upaya perbaikan guna mengatasi masalah tersebut, sehingga kaidah penggunaan sumber daya secara efisien dan aman lingkungan dapat diterapkan.

Beberapa penelitian yang menyangkut efisiensi penggunaan pupuk sangat mendukung upaya penghematan penggunaan pupuk kimia. Upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan peningkatan daya dukung tanah dan/atau peningkatan efisiensi produk pupuk dengan menggunakan mikroorganisme. Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik, selain meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, juga akan mengurangi dampak pencemaran air tanah dan lingkungan yang timbul akibat pemakaian pupuk kimia berlebihan.

Penggunaan pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat secara nyata dikurangi. pupuk organik merupakan penyangga biologi yang mempunyai fungsi dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga tanah dapat menyediakan hara dalam jumlah berimbang.

Kemampuan pupuk organik untuk menurunkan dosis penggunaan pupuk konvensional sekaligus mengurangi biaya pemupukan telah dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian, baik untuk tanaman pangan (kedelai, padi, jagung, dan kentang) maupun tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao, teh, dan tebu) yang diketahui selama ini sebagai pengguna utama pupuk konvensional (pupuk kimia).

Lebih lanjut, kemampuannya untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan terbukti sejalan dengan kemampuannya menurunkan dosis penggunaan pupuk kimia.

Tanah mempunyai peranan penting dalam perombakan bahan organik. Cacing, serangga kecil, dan mikroorganisme seperti bakteri dan fungi yang bertanggung jawab dalam proses pembusukan, terdapat dalam tanah. Organisme tersebut bisa mendapatkan energi dari bahan organik yang telah mati dan menguraikan bahan tersebut menjadi bahan baku yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuh-tumbuhan.

Organisme tanah mengubah bahan tanaman yang sudah mati menjadi nutrisi yang berharga.
Mikroorganisme membutuhkan oksigen, karena itu kalau kondisi tanah padat atau terlalu berlumpur mereka tidak bisa hidup. Dalam kondisi tanah yang terlalu padat atau berlumpur/digenangi, maka jutaan mikroorganisme di dalam tanah akan mati.

Kematian mikroorganisme ini akan sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. Tidak ada lagi mahluk kecil yang menjalankan tugas ‘memotong’ bahan organik tanah menjadi senyawa-senyawa yang diperlukan tanaman. Suplai makanan ke tanaman jadi macet, dan tanaman tumbuh kerdil dan tidak produktif.

Pengendalian Hama & Penyakit
Petani telah terbiasa mengandalkan pestisida sintetik sebagai satu-satunya cara pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) khususnya hama dan penyakit tumbuhan. Seperti diketahui, terdapat sekitar 10.000 spesies serangga yang berpotensi sebagai hama tanaman dan sekitar 14.000 spesies jamur yang berpotensi sebagai penyebab penyakit dari berbagai tanaman budidaya. Alasan petani memilih pestisida sintetik untuk mengendaliakan OPT di lahannya karena aplikasinya mudah, efektif dan banyak tersedia di pasar meski harganya cukup mahal.

Pada dasarnya prinsip pengendalian hama dan penyakit dalam sistem pertanian organik adalah keterpaduan yang lebih menekankan aspek keseimbangan alam. Ketika agroekosistem berhasil dikelola secara seimbang, maka ongkos pengendalian menjadi lebih murah. Keseimbangan alami antara serangga hama dan musuh alami sering dikacaukan oleh penggunaan insektisida yang hanya satu macam.

Cara pengendalian hama yang dikembangkan dalam pertanian organik dengan memanfaatkan pestisida biologi dan pestisida botani, antara lain menggunakan musuh alami, penggunaan varietas resisten, cara fisik dan mekanis, dan cara kultur teknis. Banyak sekali tanaman di sekitar kebun dan sawah yang dapat dimafaatkan untuk mengusir hama. Sebut saja misalnya daun mimba, daun dan biji sirsak, kunyit, lengkuas, daun jeruk, serai, dan berbagai tanaman obat yang umumnya menghasilkan bau menyengat.

Di samping itu di lahan kebun atau sawah sebaiknya ditanam tanaman perangkap hama yang berfungsi menarik hama agar menyerang tanaman perangkap, dan menjauhi tanaman utama, sehingga kerusakan tanaman dapat dikurangi. Hama yang mengumpul dapat ditangkap untuk makanan ikan, sedangkan tanaman perangkapnya sendiri yang rusak oleh hama dapat dicabut lalu dibakar.

Tanaman penolak hama dapat melindungi tanaman di dekatnya dengan bau-bauan yang dikeluarkannya, bentuk dan warna daun atau bunga yang khas yang tidak disukai hama, sehingga hama akan menjauh dari tanaman utama.

****

Sehubungan dengan banyaknya manfaat dan dampak positif yang dapat dirasakan dari penerapan sistem pertanian organik, Departemen Pertanian sejak tahun 2000 telah memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan pertanian organik di Indonesia. Bahkan pada saat itu dicanangkan untuk mencapai Go Organik 2010.

Diharapkan program pertanian organik di Indonesia menjadi lebih kuat dan bisa lebih cepat mengejar ketertinggalan dari negara lain yang telah lebih dulu maju dalam sistem pertanian ini. Diharapkan Go Organik 2010 bisa benar-benar terealisir dan Indonesia bisa menjadi produsen organik terkemuka, semoga
(Kabelan Kunia/ penggiat dan pemberdaya masyarakat padi organik ‘SRI’ dan praktisi pertanian organik)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

nice post..
visit me too:
http://go-organic.t35.com/