Senin, 22 September 2008

Supertoy HL-2 vs Padi SRI

Panen raya padi organik metode System of Rice Intensification (SRI) telah dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di sela-sela kunjungan ke Desa Pamoyanan, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (Kompas,19/9).

Pola SRI sendiri merupakan perpaduan antara pembelajaran ekologi tanah dan pengendalian hama terpadu. Terdapat tiga hal yang utama dalam pola SRI organik, yakni pengelolaan tanah dan bahan organik yang sehat, pengeloaan potensi tanaman secara optimal, dan pengelolaan air yang baik dan teratur.

Produksi padi dengan metode SRI bisa mencapai 6,5-12 ton GKG per hektar. Angka ini akan sangat membantu pencapaian target Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di daerah. Selain hasil produksinya tergolong tiggi harga beras hasil SRI organik pun mahal, paling tidak Rp 7.000 per kilogram sudah pasti akan didapat oleh petani.

Penerapan metode budidaya padi sawah SRI yang paling menarik adalah bertumpu pada proses bukan pada hasil. Ketertarikan saya untuk menekuni metode SRI diawali perkenalan saya pertama kali dengan seorang dosen senior Teknik Kimia ITB, yaitu Bapak Dr. Mubiar Purwasasmita. Saya mengetahui dan mendalami metode ini karena motivasi dan dorongan dari beliau yang terus-menerus memberi pemahaman kepada saya tentang SRI. Hal paling menarik dalam sistem ini menurut beliau, di samping terjadi banyak penghematan dan efisiensi mulai dari penggunaan bibit, pupuk dan antihama kimia, sampai kepada efisiensi air juga terjadi penghematan dalam hal pembiayaan oleh petani. Betapa tidak, karena metode ini memberikan penghematan dalam ongkos produksi yang otomatis dapat mengurangi budget petani dalam memproduksi beras yang baik.

Metode SRI dengan pengunaan kompos sebagai pupuk dasar utama sebagai pengganti pupuk kimia yang banyak digunakan petani secara membabi-buta, akan memberikan ruang hidup yang nyaman bagi jutaan mikroorganisme tanah termasuk juga cacing dan serangga lain yang perannya sangat krusial dalam ekosistem tanah, ekosistem sawah dan untuk tanaman padi itu sendiri. Bahwa hasil berlipat seperti yang kami dapatkan selama ini, semata-mata karena proses yang benar telah dilakukan petani dengan memperhatikan keberlangsungan kehidupan dalam suatu ekosistem sawah.

Fenomena SUPERTOY HL-2 adalah sebuah kesalahan besar yang dilakukan pemerintah dalam hal ini Presiden SBY dan Staf Khususnya. Teknologi pertanian yang bertumpu semata-mata kepada hasil dengan mengabaikan proses, adalah pekerjaan sia-sia dan tanpa perhitungan. Boleh jadi benih padi SUPERTOY adalah benih yang bagus dengan kualitas seperti yang dipromosikan. Tetapi, benih yang bagus kalau tidak diaplikasikan dengan teknik budidaya yang baik apalagi dengan mengesampingkan proses produksinya dan tidak memperhitungakan kuasa Yang Maha Kuasa, yaitu faktor cuaca dan musim, maka tunggulah akibat buruk yang akan menimpa.

Belajar dari kasus SUPERTOY, saya banyak mempertimbangkan teknologi SRI yang mulai saya tekuni sejak 2006 yang lalu. Faktor produksi dan kelestarian alam dengan mengakomodasi kekuatan dan potensi lokal merupakan kekuatan kami dalam melakukan inovasi SRI di lapangan.
Bahwa hasil panen yang berlipat bukan merupakan tujuan utama dalam pelaksanaan kegiatan SRI. Proses SRI yang benar dan konsisten pelan-pelan kami tumbuh kembangkan ke petani-petani binaan. Petani MANDIRI adalah tujuan sesungguhnya dari setiap demplot atau demarea yang kami lakukan.

Petani MANDIRI adalah ketika petani sudah tidak pusing memikirkan kenaikan dan kelangkaan pupuk dan obat kimia, karena mereka sudah mempunyai pengetahuan untuk memproduksinya sendiri. Petani MANDIRI adalah ketika petani sudah tidak hirau dengan kondisi air sawah yang fluktuatif debitnya, karena SRI dikenal dengan metode irit air, yaitu hanya 40% saja penmanfaatnya di lahan sawah. Petani MANDIRI adalah ketika petani sudah tidak peduli dengan harga gabah atau beras yang naik turun di pasaran, karena gabah dan beras berkualitas yang mereka hasilkan sudah pasti mendapatkan harga yang layak dan pasti dengan standar organik dari konsumen tetapnya. Petani MANDIRI adalah ketika petani sudah tidak menggantungkan hidup keluarganya kepada lintah darat, bandar dan orang jahat berkalung riba yang menjerat kehidupan keluarganya.

Petani MANDIRI semacam inilah yang akan kami bangun dengan penerapan metode SRI di seluruh Indonesia. Ketika petani-petani mandiri ini telah menyebar, bisa dibayangkan kekuatan ekonomi pedesaan akan menjelma menjadi kekuatan ekonomi nasional yang dapat mengendalikan stok dan harga pangan di Indonesia, amin...

(*Kabelan Kunia, Penggiat dan pemberdaya petani SRI)

Tidak ada komentar: